
Jakarta – Ketua Umum Dewan Masjid Indonesia (DMI), Jusuf Kalla (JK), melontarkan sebuah gagasan untuk mengatasi fenomena ketergantungan anak-anak pada penggunaan gawai atau handphone. JK mengusulkan agar setiap masjid di Indonesia dapat memiliki sebuah perpustakaan. Inisiatif ‘Satu Masjid Satu Perpustakaan’ ini diharapkan dapat mendorong budaya literasi di kalangan anak-anak dan masyarakat, serta mengembalikan peran masjid sebagai pusat kegiatan umat yang lebih luas.
Gagasan ini disampaikan Jusuf Kalla dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) DMI tahun 2025 yang berlangsung di Jakarta pada Sabtu, 17 Mei 2025. Menurut JK, di era digital saat ini, anak-anak cenderung menghabiskan terlalu banyak waktu bermain gawai, yang dikhawatirkan dapat berdampak negatif pada minat baca dan interaksi sosial mereka.
“Kita ingin mengurangi ketergantungan anak-anak bermain HP dengan literasi,” ujar Jusuf Kalla di hadapan ratusan peserta Rakernas DMI. Ia melihat perpustakaan di lingkungan masjid dapat menjadi alternatif menarik bagi anak-anak untuk mengisi waktu luang mereka dengan kegiatan yang lebih edukatif dan bermanfaat.
Lebih dari sekadar tempat ibadah, JK menekankan bahwa masjid memiliki potensi besar untuk menjadi pusat peradaban umat. Selain fungsi spiritual, masjid juga harus mampu berperan dalam aspek pendidikan, sosial, dan bahkan ekonomi. Menurut JK, meskipun umat Islam di Indonesia kuat dalam keimanan, ibadah, dan pengetahuan agama, kelemahan utama yang perlu diatasi adalah di bidang ekonomi.
“Memakmurkan masjid dan dimakmurkan masjid itu adalah misi kita. Kita harus lebih perkuat lagi karena kelemahan umat Islam, bukan keimanan, ibadah dan pengetahuan, tapi kita lemah dari ekonomi,” kata JK.
Program ‘Satu Masjid Satu Perpustakaan’ ini merupakan bagian dari upaya DMI untuk memperkuat fungsi masjid sebagai pusat pengembangan umat secara menyeluruh. Selain perpustakaan, DMI di bawah kepemimpinan JK juga telah menggagas program lain seperti mendorong setiap masjid untuk memiliki Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD). Inisiatif PAUD berbasis masjid ini bertujuan untuk membangun generasi muda Islam yang lebih baik dan memiliki dasar pendidikan agama yang kuat sejak usia dini.
Untuk mewujudkan gagasan-gagasan ini, DMI menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk kementerian terkait. Dalam Rakernas DMI 2025, dilakukan penandatanganan kesepahaman bersama antara DMI dengan Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen), Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN), dan Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker), serta perwakilan dari Bank Tabungan Negara (BTN).
Kerja sama dengan Kemendikdasmen secara khusus diarahkan untuk mendukung program ‘Satu Masjid Satu Perpustakaan’ ini, termasuk kemungkinan penyediaan buku-buku dan pembinaan terkait pengelolaan perpustakaan. Kerja sama dengan Kementerian ATR/BPN bertujuan untuk membantu penyelesaian administrasi tanah-tanah wakaf masjid guna menghindari sengketa di kemudian hari. Sementara sinergi dengan Kemnaker fokus pada upaya mencetak tenaga kerja yang siap pakai melalui pelatihan dan pengembangan berbasis masjid. Kerja sama dengan BTN diharapkan dapat mendukung aspek pembiayaan dan ekonomi umat.
JK berharap, dengan adanya program-program pemberdayaan di masjid, termasuk penyediaan perpustakaan, masjid-masjid di Indonesia tidak pernah sepi dari aktivitas umat. Masjid diharapkan dapat terbuka, bahkan 24 jam jika memungkinkan, untuk menjadi pusat kegiatan positif bagi masyarakat, khususnya anak-anak dan remaja. Ia juga mengapresiasi perkembangan masjid di Indonesia yang semakin modern dan representatif, namun tidak melupakan fungsi utamanya, yaitu memakmurkan dan dimakmurkan umat.
Gagasan ‘Satu Masjid Satu Perpustakaan’ ini menyoroti pentingnya peran keluarga, lembaga pendidikan, dan komunitas dalam menyeimbangkan penggunaan teknologi oleh anak-anak dengan aktivitas literasi dan pembelajaran. DMI, sebagai organisasi payung masjid, berupaya mengambil peran aktif dalam menyediakan fasilitas dan program yang dapat mendukung perkembangan positif generasi muda di lingkungan masjid. Keberhasilan program ini akan sangat bergantung pada dukungan dari pengurus masjid di seluruh Indonesia dan partisipasi aktif masyarakat.